Review Buku : Ronggeng Dukuh Paruk



Dalam posting in saya akan mengulas sedikit tentang buku Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Ini adalah buku yang sempat dilarang beredar di era Orde Baru karena latar belakang cerita di era revolusi 1965. Buku ini tentang kesederhanaan dan kegesitan masyarakat akar rumput tetap hidup meskipun dililit kemiskinan. Pada awal-awal cerita kita akan terkejut Ahmad Tohari mampu menuliskan dengan sangat puitis dan elok kehidupan sebuah Pedukuhan sederhana yang bernama Dukuh Paruk. Pemilihan bahasa yang tanpa cela membuat kita larut dalam dunia Ahmad Tohari. Bahkan menurut saya, gaya penulisan Ahmad Tohari dalam bercerita lebih bagus dari Pramoedya Ananta Toer di tetralogi bumi manusia. Buku ini membuka kembali semua sensor yang pernah diterapkan oleh rezim orde baru. Karena perjalanan Srintil dan Rasus, dua tokoh utama dalam buku ini berada dalam lini masa sebelum dan sesudah G30S 1965, kontroversi adalah hal yang wajar. Yang saya tangkap dalam buku ini bukanlah propaganda tentang komunis atau PKI. Yang saya tangkap dalam buku ini adalah keindahan anak manusia yang berjuang untuk hidup meskipun didera kesulitan luar biasa dan mimpi-mimpi yang diusahakan. Dengan generasi millenial yang mengalami kesenjangan memori sejarah, diharapkan buku ini dapat memberi sudut pandang baru apa yang sebetulnya terjadi pada era revolusi tahun 1965. Bukan untuk mencari siapa yang salah, namun demi menata kesadaran kita sebagai generasi muda Indonesia. 

Jumlah halaman sampai empat ratusan tidak menghalangi minat saya untuk terus membaca. Karena alur cerita yang disusun Ahmad Tohari sangat baik dan ritme yang rapi membantu buku ini sangat layak menjadi ide film layar lebar (dan ternyata sudah diflimkan dengan judul "Sang Penari"). Penulisan Ahmad Tohari dalam buku ini saya kagumi, selain penulisan metafora dan penggambaran watak tiap karakternya benar-benar alami. Seakan-akan melalui riset yang panjang tentang kehidupan di sebuah Pedukuhan pada tahun 60an. Di akhir buku anda akan mendapat sebuah kesadaran baru tentang Indonesia yang masih relevan di tahun 2017 ini, meskipun cerita dalam buku ini berdasar setting tahun 60an. 


Jakarta Books Review Rating : 4.7 dari 5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku : Si Parasit Lajang ; Ayu Utami